Sabtu, 03 Juli 2010

Citra diri dan Kebahagiaan

Jika anda memandang diri anda secara positif, realistik dan sesuai dengan bakat dan kemampuan anda ; dan anda hidup di dalamnya, anda sudah pasti akan merasa bahagia. Namun jika anda meniru kepribadian orang lain dan anda memaksakan diri untuk anda adopsi menjadi diri anda, anda akan lebih banyak kecewa. Sebab menjadi seperti diri orang lain, adalah pekerjaan yang sulit dan anda akan menjadi tidak bebas mengekspresikan diri anda sendiri.
Kita adalah manusia yang di ciptakan oleh Tuhan dengan membawa keunikan dan perbedaan masing-masing. Dari sinilah sudah jelas bahwa kita tidak mungkin bisa menjadi seperti orang lain. Demikian juga orang lain tidak mungkin bisa menjadi seperti anda. Sebaiknya memang tidak perlu memaksakan diri, sebaiknya kita menjadi diri kita sendiri. Itu tentu lebih baik.
Untuk menjadi diri sendiri yang sejati, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali siapa diri kita sendiri. Kita harus sering merenungkan dan membayangkan tentang siapa diri kita ini. Tanpa tindakan ini kita tidak mungkin bisa menemukan diri kita sendiri. Untuk menemukan minyak bumi, orang harus melakukan eksplorasi, demikian juga bila kita ingin menemukan diri kita, sudah seharusnya melakukan eksplorasi diri, mengamati diri secara seksama, dan mengenali apa saja yang sudah kita miliki, bukan apa yang belum kita miliki. Namun untuk mengamati diri sendiri ini, banyak orang merasa bahwa pekerjaan ini hanya membuang-buang waktu saja. Sebetulnya inilah yang seharusnya kita lakukan terlebih dahulu, sebelum kita melangkahkan kaki keluar – ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengetahui diri kita yang sebenarnya, maka sebetulnya kita sudah memiliki panduan untuk menjalani hidup kita, sehingga kita tidak mudah kesasar.
Kemudian tidak kalah pentingnya kita harus berani menerima diri sendiri apa adanya, setelah kita mengetahui kelebihan dan kelemahan diri kita. Tanpa penerimaan diri, rasanya juga sulit untuk menjadi diri sendiri. Ini point yang sangat penting. Pada awalnya ketika anda mulai menyadari kelemahan-kelamahan yang anda miliki, anda merasa kecewa kepada diri anda. Namun begitu ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah menciptakan manusia sebagai produk gagal. Tuhan menciptakan manusia dengan misi nya masing-masing. Anda mempunyai nilai yang besar di hadapan Tuhan.
Dengan menerima diri sendiri anda tidak lagi merasa rendah diri serta merasa iri dan cemburu dengan orang lain. Karena bila di dalam hati anda terus menerus merasa iri dan cemburu. Anda sudah jelas tidak akan pernah menjadi siapa diri anda sendiri. Rasa cemburu dan iri hati ini yang mendorong anda untuk merasa tidak puas terhadap diri anda sendiri, dimana ujung-ujungnya anda akan merasakan ketidak-bahagiaan.
Yang selanjutnya, sebaiknya anda tidak lagi membandingkan diri ada sendiri dengan siapa pun. Kalau anda tidak mampu sebagai manager. Saya yakin anda pasti mampu untuk menjadi yang lain yang lebih baik untuk diri anda – misalkan sebagai pedagang atau pemain drama. Perbedaan inilah yang sesungguhnya saling melengkapi di dunia ini. Adalah lebih bijaksana anda mencari apa saja bakat dan kemampuan anda yang paling dasyat yang anda miliki, dan itulah yang seharusnya anda tampilkan dari diri anda. Cobalah menelusuri kedalaman pikiran anda sendiri, temukan bakat dan kemampuan yang tersembunyi di dalam diri anda.
Setelah anda menemukan kebenaran tentang diri anda, bangunlah suatu citra diri yang sesuai dan realistik bagi anda dan kemudian hiduplah dalam citra diri anda sendiri yang telah anda bentuk, lalu secara teratur kembangkan dan sesuai dengan minat dan kemampuan anda. Maka kebahagiaan tertinggi yang akan anda dapatkan, ketika anda mampu menjadi diri anda sendiri sesuai dengan citra-citra positif yang anda miliki dari dalam diri anda.
Mungkin anda perlu mengetahui, bahwa sesungguhnya sukses itu adalah mampu menjadi apa yang anda inginkan.

Pembaca yang budiman, untuk berbahagia bukanlah harus menjadi seperti orang lain, namun menjadi diri kita sendiri. Untuk menjadi diri sendiri, di butuhkan eksplorasi diri, menemukan siapa diri kita – siapa aku ? – lalu menerima apa adanya siapa diri kita ini. Dan kemudian bekerja sesuai dengan siapa aku ini – sesuai minat, bakat dan kemampuan yang kita miliki – dan menjalaninya secara ikhlas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar